Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 11 Januari 2017

Puisi Lama (Bahasa Indonesia)

Written by



1.      Pantun
Apa tanda Pinang berbuah
Banyak burung menyeri mayangnya
Apalah tanda orang bertuah
Bijak menghitung hari didepannya

Berbuah kayu ditengah padang
Daunnya rimbun tempat berteduh
Bertuah Melayu berkasih-sayang
Hidup rukun, sengketa menjauh

Apalah tanda batang Pandan
Daunnya panjang duri berduri
Apalah tanda orang budiman
Dadanya lapang, tahukan diri

Apalah tanda batang Nipah
Tumbuh di pantai, banyak pelepah
Apalah tanda orang bertuah
Elok perangai, hati pun

Apalah tanda kerang berisi
Bila direbus kulitnya merekah
Apalah tanda orang berbudi
Bila bergaul suka merendah


2.      Gurindam

Barang siapa menuntut ilmu
Tiada manusia yang akan menipu

Barang siapa putus asa
Pasti Allah akan murka

Barang siapa kuat berusaha
Pasti  kejayaan muncul bersama

Barang siapa meninggalkan yang lima
Pasti hidup tidak sempurna

Barang siapa melawan kata ibu dan bapa
Kelak hidup akan binasa
3.       Syair
Wahai Ananda dengarlah pesan
Pakai olehmu sifat anak jantan
Bertanggung jawab dalam perbuatan
Beban dipikul pantang dielakkan

Wahai Ananda intan pilihan
Sifat tanggung jawab engkau amalkan
Berani mencencang terpotong tangan
Berani berhutang tumbuhlah beban

Wahai Ananda permata hikmat
Tanggung jawabmu hendaklah ingat
Berani menanggung sebab akibat
Berani berbuat tangan dikebat

Wahai Ananda intan terserlah
Bertanggung jawab dalam bertingkah
Berani menanggung sakit dan susah
Berani mati mempertahankan lidah

Wahai Ananda Bunda berpesan
Tanggung jawabmu jangan tinggalkan
Sakit dan perih engkau tahankan
Aib dan malu engkau tampungkan

4.       Puisi
Suara Sunyi 

Awan hitam melukis langit putih

Burung gagak terbang dengan letih
Debu debu jalanan tersorot lampu kota
Lalu lalang kendaraan seperti riuh ombak samudra

Suara suara yang tak sampai kepada kata
Adalah doa sunyi yang maha
Hembusan nafas serpihan perih
Menebarkan kemurnian cinta dengan lirih
Pohon pohon yang tenang merunduk sepi

Sinar rembulan menelanjangi malam
Keruh air code tak bisa bersembunyi
Tiga ekor belibis berbaris menjadi saksi
Gelapnya gua cermai mengurung kesunyian
Rumput rumput liar menutupi batu batu
Harapan dan luka selalu menyatu
Dan sejarah selalu bercengkrama dengan waktu



Semangat Peduli Alam 

Tak sampailah kau fikir 
Dengan segala, alam bencana kini
Bila kita, ingin dikasihi...
Maka cintailah alam ini
Peduli alam tak rugi,
Maka bersemangatlah kau cari!!!




Kegelisahan Di Atas Kasur

hari ini adalah aku
karenanya
sebelum ngantuk berjaya
aku melihat
pada cermin matahari




Jejak Bara

Belum hilang semua yang berlalu
Lagi, kau bakar siang-malam menjadi bara

Tapi maaf
Aku sudah terbiasa
Hingga jejak bara dapat ku kenal

Semoga kau dapat membersihkan
Jejak bara yang tersisa

Karena aku hanya melihat tanpa peduli







Kurus kering dan basah diri
Keringat mengucur deras menyusun papan
Bekerja sendiri sambil mendidik anak di rumah panggung
Pendekar lemah

Membunuh hal biasa dulu kala
Menginjak yang salah itu hal wajar saja
Kini wajahmu membayang seperti raja
Tinggal cerita pendekar lemah

Berguru tanpa bersua
Dengan ayat Allah mendo’akan keselamatanmu
Kau telah mati di dunia ini
Namun kau tetap hidup dalam sejarah kami
Pendekar lemah



Tidak ada komentar: